BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
- Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan ( Sheila L Vidheak, 2001 : 298 ).
- Halisinasi adalah sensori yang timbul berdasarkan pada stimulus internal yang tidak sesuai kenyataan ( Ruth F. Cvaven, 2002 ; 1179 ).
- Halusinasi adalah penginderaan tanpa sumber rangsangan eksternal ( Vavold I. Koplen, 1998 : 267 ).
B. KLASIFIKASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
- ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
§ Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
§ Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
§ Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
D. PATOFISIOLOGI
1. Tahap I
Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara murni halusinasi merupakan suatu kesenangan.
a. Karakteristik
Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan, mencoba berfokos pada fikiran yang dapat menghilangkan ansietas, dan pikiran pengalaman sensori masih ada dalam control kesadaran (non psikotik).
b. Perilaku Klien
Tersenyum, tertawa sendiri, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
2. Tahap II
Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi.
a. Karakteristik
Pengalaman sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan control dan menarik diri dari orang lain ( non psikotik ).
b. Perilaku Klien
Terjadi denyut jantung, pernafasan dan tekana darah, perhatian pada lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.
3. Tahap III
Mengontrol tingkat kecemasan berat dan pengalaman tidak dapat ditolak.
a. Karakteristik
Klien menyerah dan menerima pengalama sensorinya ( halusinasi ), isi halusinasinya menjadi aktaktif dan kesepian bila pengalaman sensori berakhir ( psikotik ).
b. Perilaku Klien
Perintah halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain. Perharian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik dan tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.
4. Tahap IV
Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik.
a. Karakteriastik
Pengalaman sensori menjadi pengancam dan halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam / hari.
b. Perilaku Klien
Perilaku panic, resiko tinggi mencederai, agitasi atau katatonik, tidak mampu berespon terhadap lingkungan.
( Tim Keperawatan Jiwa FIK – UI ; dikutip oleh Rasmun ; 2001 ; 24 ).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasa sesuatu tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
4. Tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata.
5. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7. Sikap curiga.
8. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
9. Sulit membuat keputusan, ketakutan.
10. Tidak mampu melakukan asuhan mandiri.
11. Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
12. Muka merah dan kadang pucat.
13. Ekspresi wajah tenang.
14. Tekanan Darah meningkat, Nadi cepat, dan banyak keringat.
( Mary C. Townsend, 1998 : 98 – 103 ).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Psikofarmakologis
Berikut beberapa obat dengan kelas kimia dan nama generik (dagang) beseerta dosis hariannya :
§ Fenotiazin Asetofenazin (Tindal) 30-800 mg
§ Klorpromazin (Thorazine) 1-40 mg
§ Flufenazine (Prolixine, Permitil) 30-400 mg
§ Mesoridazin (Serentil) 12-64 mg
§ Perfenazin (Trilafon) 15-150 mg
§ Proklorperazin (Compazine) 40-1200 mg
§ Promazin (Sparine) 150-800mg
§ Tioridazin (Mellaril) 2-40 mg
§ Trifluoperazin (Stelazine) 60-120 mg
§ Trifluopromazin (Vesprin) 60-150 mg
§ Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)
§ Tiotiksen (Navane) 75-600 mg
§ Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
§ Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
§ Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
§ Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
Pada pemberiannya, obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun ( diselingi masa bebas obat 1 – 2 hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu dan dihentikan.
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan terlambat
§ Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
§ Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
§ Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
§ Tidak ada komunikasi
§ Tidak ada kehangatan
§ Komunikasi dengan emosi berlebihan
§ Komunikasi tertutup
§ Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic.
6. Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar monozigot.
b. Perilaku
Bibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk – angguk, seperti mendengar sesuatu, tiba – tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba – tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.
c. Fisik
1. ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi gerakan atau kegiatan ganjil.
2. Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat – obatan dan zat halusinogen dan tingkah laku merusak diri.
3. Riwayat kesehatan
Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.
4. Riwayat schizofrenia dalam keluarga
5. Fungsi sistim tubuh
• Perubahan berat badan, hipertermia (demam)
• Neurologikal perubahan mood, disorientasi
• Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatan temperatur
d. Status Emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
e. Status Intelektual
Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
f. Status Sosial
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan.
2. DIAGNOSA
Pohon masalah :
Beberapa diagnosa yang dapat ditegakkan dari pohon masalah diatas yang mungkin terjadi pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar diantaranya :
a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar menarik diri dengan faktor resiko halusinasi
c. Kerusakan interaksi social : menarik diri berhubungn dengan harg diri rendah
d. Sindrom defisit perawatan diri : mandi atau berpakaian berhubungn dengan intoleransi aktivitas.
3. PERENCANAAN
Dx. Kep.
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan :
a. Rangsangan lingkugan yang berlebihan
b. Stres psikis
c. Perubahan penangkapan
d. Kurangnya rangsangan lngkungan
Tujuan :
Tupan :
Klien mampu menetapkan dan menguji realita/kenyataan, serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Ø Tupen 1 :
§ Setelah dilakukan interaksi selama ......X, klien mampu membina hubungan saling percaya dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan pemahaman verbal, tertulis atau sinyal respon
- Menunjukkan gerakan dn ekspresi wajah yang rileks
- Menunjkkan kontak matan mau berjabat tangn, mau menjawab salam, menyebutkan nama, mau duduk berdampingan.berhadapan.
v Intervensi :
· Bina Hubungan Terapeutik dan Saling Percaya (Coumplex Relationship Building)
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
- Buat kontrak/persetujuan tentang tujuan dan cara pertemuan yang saling dapat diterima dengn cara yang tepat
- Pelihara sikap tubuh terbuka
- Ciptakan iklim yang hangat dan menerima secara tepat
- Berespon pada pesan non verbal klien dengan cara yang tepat
- Tunjukkan ketertarikan pada klien dengan mempertahankan kontak mata, berhadapan, posisi mata sejajar, saat berbicara perawat sedikit membungkuk jika diperlukan
Ø Tupen 2 :
§ Setelah dilakukan interaksi selama ......X, klien mampu mengenal halusinasi dengan kriteria hasil :
- Klien mampu menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi munculnya halusinasi
- Klien mampu menyebutkan perilaku ang biasa dilakukan saat halusinasi muncul
- Klien mampu menyebutkan akibat perilaku yang biasa dilakukan saat halusinasi terjadi
v Intervensi :
· Manajemen Halusinasi (Halusination Management)
- Observasi tingkah laku yang berhubungan dengan halusinasi
- Bantu klien mengenal halusinasi
# Jika dari hasil observasi ditemukan tampak klien mengalami halusinasi, tanyakan apakah klien mengalami halusinasi
# Jika jawaban klien ada, tanyakan apa yang didengar
# Katakan bahwa perawat percaya apa yang dialami oleh klien tetapi perawat sendiri tidak mendengar
# Katakan bahwa klien lain juga ada yang menglami hal yang sama
# Katakan bahwa perawat akan membantu klien
- Diskusikan dengan klien waktu, isi, frekuensi dan situasi pencetus munculnya halusinasi
- Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika halusinasinya muncul
- Beri klien kesempatan untuk mengungkapakan perasaannya
- Identifikasi dan diskusikan dengan klien perilaku yang dilakukan saat halusinasi muncul
- Diskusikn manfat dan akibat dari cara/perilaku yang dilakukan klien
Ø Tupen 3 :
§ Setelah dilakukan interaksi selama ...... X, klien mampu mengendalikan hlusinasi dengan kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan cara baru mengendalikan halusinasi
- Klien dapat memilih dan melaksanakan cara baru mengendalikan halusinasi
- Klien mampu melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasi
v Intervensi :
· Manajemen Halusinasi (Halusination Management)
- Diskusikan cara baru untuk memutuskan/ mengendalikan halusinasi :
# Dengan mengusir halusinasi
# Berbicara dengan orang lain (perawat, klien lain)
# Menyusun jadwal kegiatan harian
# Meminta pada oang lain untuk menyapa jika tampak bicara sendiri
- Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan/ mengendalikan halusinasi secara bertahap
- Beri klien kesempatan melakukan cara mengendalikan atau memutuskan halusinasi yang telah dipilih dan dilatih
- Evaluasi bersama klien cara baru yang telah dipilih dengan cara yang biasa dilakukan
- Berikan reinforcement pada klien terhadap cara yang telah dipilih dan diterapkan
- Libatkan klien dalam TAK Orientasi Realita, TAK SP Umum, TAK SP : Halusinasi
Ø Tupen 4 :
§ Setelah dilakukan interaksi selama ...... X, dengan dukungan keluarga, klien mendapat dukungan dalam mengendalikan halusinasi dengan kriteria hasil :
- Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk mengatasi halusinasi
v Intervensi :
· Pendidikn Kesehatan : Prpses Penyakit dan Perawatan (Teaching : Disease Process)
- Bina hubungan saling percaya
- Diskusikan dengan keluarga :
# Gejala halusinasi yang dialami klien
# Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk mengontrol halusinasi
# Cara merawat anggita kluarga yang mengalami halusinasi di rumah (ex. : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, bepergian bersama)
- Anjurkan kelurga untuk mencari bantuan apabila tanda dan gejala halusinasi tidk terkendali
- Berikan informasi tentang kondisi klien kepada keluarga dengan cara yang tepat
Ø Tupen 5 :
§ Setelah dilakukan interaksi selama ...... X, klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dengan kriteria hasil :
- Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat secar benar
- Klien dan keluarga memahami akibat behenti minum obat tanpa rekomendasi dari career
v Intervensi :
· Fasilitasi Kebutuhan Belajar (Learning Fscilitation)
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dam manfatnya
- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang manfaat, dosis, dan efek samping obat
- Anjurkn klien minta sendiri obat pad perawat (jika waktunya minum obat) dan merasakan manfaatnya
- Berikan penjelasan pada klien akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi/rekomendasi
- Fasilitasi pertemuan klien/ keluarga dengan dokter
DAFTAR PUSTAKA
Budiana, Keliat (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Cook & Fountaine (1987). Essentials Mental Health Hursing. Addison-wesley publishing Company.
Rasmun (2001). Keperawatan Kesehatan Kental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta : Fajar Interpratama
Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC: Jakarta .
Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC: Jakarta.
www.lensaprofesi.blogspot.com
Caesars Casino - Las Vegas, NV Jobs - JRM Hub
BalasHapusCaesars Casino Las Vegas jobs in Las 춘천 출장샵 Vegas, 1xbet app NV at 전라남도 출장샵 JRM Hub. Learn about careers, promotions, job security, job 진주 출장마사지 security, 대구광역 출장안마 job security,